Sabtu, 17 Desember 2011

COFFEE


Setiap kali saya mendengar kata KOPI, masih terbanyang nenek saya yang sedang menyendokkan kopi bubuk dan gula ke dalam cangkir dan dituang dengan air panas. Nggak lama kemudian, saya akan menyaksikan ritual kakek saya yang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi panas itu. Hmm...baunya sangat mengundang selera hidung saya yang masih kecil itu.

"Nggak boleh, pahit" kata kakek setip kali saya pengen banget mencicipi sedikiiiiiiit aja.

Setelah agak gedean, saya menyaksikan ritual minum kopi yang dilakukan papa saya. Bedanya, mama saya membuatnya dari kopi instan berbentuk sachet yang sudah tersedia di meja sarapan setiap paginya. Hmm...baunya masih sama, sangat mengundang selera. Tapi sepertinya papa saya nggak begitu menikmatinya (atau ngak sempet) menikmati enaknya kopi itu karena harus cepat cepat berangkat keluar kota bulak balik.

Sekarang, akhirnya saya nggak penasaran lagi untuk mencicipi rasa kopi yang harum itu, karena saya sering menikmati kopi bareng teman-teman du coffee shop sebuah mal. Saya nggak tahu pasti apakah saya dan teman-teman memang penyuka kopi, tapi yang pasti kami sangat menikmati duduk-duduk di coffee shop itu sambil ngobrol, ketawa ketiwi dan melihat orang-orang yang lalu lalang di depan kami.

Kayaknya, ngopi sekarang memang beda jauh banget sama ngopi jaman dulu. Dulu, saya cuma mengenal kopi hitam kesukaan kakek saya yang ternyata saya nggak suka. Rata-rata teman saya juga nggak ada yang suka kopi hitam, tapi di coffee shop itu kita semua punya pilihan masing-masing. Saya suka sekali mocca frappuccino, hmm...nikmat sekali rasanya. Banyaknya pilihan rasa dan tempat yang nyaman di mal membuat ngopi jadi seperti gata hidup baru.